Asuhan Keperawatan Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR)
BAB
I
KONSEP
DASAR MEDIS
A.
DEFINISI
Berat badan lahir amat sangat rendah
(BBLASR) atau biasa disebut juga dengan berat badan lahir ekstrim rendah
(BBLER) adalah bayi baru lahir dengan berat badan dibawah nornal (kurang dari
1000 gr). Kejadian BBLASR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor
dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan
konsumsi makanan pun kurang.
Bayi Berat Lahir Rendah dapat
digolongkan menjadi 2, yaitu (Merenstein, 2002):
1.
Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa
gestasi <
37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu,
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
Tanda- tanda bayi premature adalah sebagai berikut:
a. BB
kurang dari 1500 gr, PB kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,
lingkar dada kurang 30 cm.
b. Umur kehamilan kurang dari 37 mg.
c. Kepala
relatif lebih besar dari pada badannya.
d. Rambut
tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Kepala
mengarah ke satu sisi.
f. Kulit
tipis dan transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak
peristaltik usus.
g. Tulang
rawan dan daun telinga imatur.
h. Puting
susu belum terbentuk dengan baik.
i.
Pergerakan kurang dan lemah.
j.
Reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
k. Tangisnya
lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
l.
Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap
selalu dalam keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki
fleksi atau lurus.
m. Genetalia
belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita),
dan testis belum turun (pada laki laki).
2.
Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya tersebut (KMK).
Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco)
atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher
dan Mc. Lean). Adapun tanda-tanda bayi dismature adalah sebagai berikut:
a. Preterm
sama dengan bayi premature
b. Term
dan post term :
1. Kulit
pucat atau bernoda, keriput tipis.
2. Vernik
caseosa sedikit/kurang atau tidak ada.
3. Jaringan
lemak di bawah kulit sedikit.
4. Pergerakan
gesit, aktif dan kuat.
5. Tali
pusat kuning kehijauan.
6. Mekonium
kering.
7. Luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan
hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
1.
Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2.
Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3.
Bayi
Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
B.
ETIOLOGI
BBLASR disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
1.
Faktor ibu
a.
Penyakit
1)
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2)
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3)
Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka
kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
2) Jarak
kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai
riwayat BBLR sebelumnya.
4) Keadaan
sosial ekonomi
c. Faktor
janin
Faktor janin meliputi :
kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan),
gawat janin, dan kehamilan kembar.
d. Faktor
plasenta
Faktor plasenta
disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
e. Faktor
lingkungan
Lingkungan yang
berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi,
serta terpapar zat beracun.
C.
PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri
selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguaan pertukaran
gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang
lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang
terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula
G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada
tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris
respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian
udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang
terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang
terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
D.
MANIFESTASI KLINIS
a. Fisik
1. Bayi
kecil
2. Pergerakan
kurang dan masih lemah
3. Kepala
lebih besar daripada badan
4. BB
<1000 gr
b. Kulit
dan Kelamin
1. Kulit
tipis dan transparan
2. Rambut
halus dan tipis
3. Genitalia
belum sempurna
c. Sistem
saraf: Reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna.
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/
PENUNJANG
1.
Radiologi
a.
Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks
pada bayi dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa
terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi
berat hanya tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2007).
b.
USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau
perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis
tengah dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein, 2002).
2.
Laboratorium
a.
Darah rutin
b.
Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil
cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan
amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95%
dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit
dengan tabung tetap berdiri. Interpretasi hasil:
1)
(+) : Bila
terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan terdapat
dalam paru dengan jumlah cukup.
2)
(-) : Bila
tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-paru belum
matang/tidak ada surfaktan.
3)
Ragu : Bila
terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka
tes harus diulang.
3. Penilaian
APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot
dan reflek)
4. Pemeriksaan fungsi paru
5. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
6. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
7. Pemantauan elektrolit
F.
KOMPLIKASI
1. Hipotermi
Tanda
terjadinya hipotermi pada BBLASR adalah :
a.
Suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 c
b.
Kurang aktif dan tangis lemah
c.
Malas minum
d.
Bayi teraba dingin
e.
Kulit mengeras kemerahan
f.
Frekuensi jantung < 100 x/menit
g.
Nafas pelan dan dalam
2.
Hipoglikemia ditandai dengan :
a.
Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b.
Kejang, tremor, jitterys, letargi/kurang aktif
c.
Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d.
Riwayat ibu dengan diabetes
e.
Keringat dingin
f.
Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin
pada BBLR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar pada bayi premature, bila
tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern ikterus yang akan menimbulkan
gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin di tandai dengan :
a.
Selera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan
ekstermitas berwama kuning.
b.
Konjungtiva berwama kuning pucat.
c.
Kejang.
d.
Kemampuan menghisap menurun.
e.
Letargi
f.
Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum
Hal
ini ditandai dengan :
a. Kenaikan
berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu
tidak dapat/tidak berhasil menyusui.
5.
Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLASR dapat terjadi bila
ada riwayat ibu demam sebelum dan selama persalinan, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan, terjadinya asfiksia saat lahir dll. Tanda
terjadinya infeksi pada BBLASR antara lain :
a.
Pada pemeriksaan labomterium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia.
b.
Bayi malas minum
c.
Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi.
d.
Terdapat gangguan nafas
e.
Letargi
f.
Kulit ikterus, sklerema
g.
Kejang
6. Gangguan
permafasan
a.
Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom
gawat nafas/RDS
b. Resiko
aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek menghisap dan reflek
menelan.
c. Thoraks
yang lunak dan otot respirasi yang lemah.
d. Pemafasan
tidak teratur
7. Penyakit membrane pada neonates/HDN
Penyebabnya adalah defisiensi faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K
8. Retinopati of premature.
G. PENATALAKSANAAN
1.
Termoregulasi
a.
Suhu lingkungan harus hangat 24-26° C.
b.
Pastikan alas tidur dan selimut bayi hangat.
c.
Pastikan inkubator hangat. Sampai sekitar 29,4 0C,
untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 0C untuk bayi yang lebih kecil.
d.
Saat melakukan tindakan pastikan bayi hangat.
e.
Pintu inkubator jangan sering di buka
f.
Bila sudah stabil lakukan perawatan metode kangguru.
2.
Jaga patensi jalan nafas.
3. Monitor
tanda-tanda vital.
4. Bila
kemampuan menghisap dan menelan belum terkoordinasi berikan asupan melalui
sonde atau nutrisi parenteral.
5. Pencegahan
infeksi, perhatikan teknik aseptic dalam melakukan setian tindakan,
meminimalkan tindakan invasive.
6.
Pemberian vit K untuk mencegah
pendarahaan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.
Anamnesa riwayat kehamilan
Usia
kehamilan < 37 minggu, ANC, riwayat hamil resiko tinggi.
2.
Anamnesa riwayat persalinan
Melahirkan
BBLR/gemeli sebelumnya, cara melahirkan, lama nifas, komplikasi nifas.
3.
Anamnesa riwayat keluarga
Riwayat
kelahiran dengan BBLR/gemeli, ststua sosial-ekonomi.
4.
Tanda-tanda vital.
Neonatus
post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat
dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh
< 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140
kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
5.
Pengkajian fisik
a.
Pengkajian umum
1)
Berat badan lahir < 2500 gram, panjang
badan £
45 Cm, lingkar dada <
30 Cm, lingkar kepala < 33 Cm.
2)
Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau
lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan.
g.
Pernafasan
1)
Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea.
2)
Refleks batuk belum sempurna.
3)
Tangisan lemah.
h.
Kardiovaskuler
1)
Pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi
perifer.
2)
Bayi dapat tampak pucat/sianosis.
3)
Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada
bayi dengan kelainan jantung/penyakit jantung bawaan.
i.
Gastrointestinal
1)
Refleks menghisap dan menelan belum sempurna sehingga masih
lemah.
2)
Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan
fungsi pankreas berupa hipoglikemia.
3)
Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari
adanya muntah.
j.
Genitourinaria
1)
Genetalia immatur.
k.
Neurologis-Muskoloskeletal
1)
Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi
lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
2)
Lebih banyak tidur daripada bangun.
3)
Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna
(lemah).
4)
Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura
lebar.
l.
Suhu
1)
Pusat pengaturan suhu tubuh (hipothalamus) belum matur
dimanifestasikan dengan adanya hipotermi atau hipertermi.
m. Kulit
1)
Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan
sedikit.
2)
Tekstur dan turgor kulit; kering dan pecah terkelupas,
turgor kulit dalam rentang baik s/d jelek.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan imaturitas organ pernafasan.
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
ingest/digest/absorb
3.
Kecemasan
keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan bayi, kurang
pengetahuan.
4.
Risiko
ketidakseimbangan temperatur tubuh berhubungan dengan BBLR, usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin/panas
5.
Risiko
infeksi berhubungan dengan imaturitas fungsi imunologik
6.
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
immaturitas struktur kulit
C. INTERVENSI
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
Keperawatan
|
1
|
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan imaturitas organ pernafasan
|
NOC :
a. Respiratory status : Ventilation
b.
Respiratory status : Airway patency
c.
Vital sign Status
Kriteria Hasil :
a. Kebutuhan
oksigen menurun
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c. Tanda Tanda vital dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC :
a. Monitor respirasi dan status O2
b. Monitor aliran oksigen
c.
Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
d.
Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
e. Monitor sianosis perifer
f. Bersihkan mulut, hidung bila ada secret
g. Pertahankan jalan nafas yang paten
h. Pertahankan posisi pasien
i.
Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
|
2
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat, ketidakmampuan ingest/digest/absorb
|
NOC :
a. Nutritional Status :
b. Nutritional Status : food and Fluid Intake
c. Nutritional Status : nutrient Intake
d. Weight control
Kriteria Hasil :
a.
Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b.
Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
c.
Tidk ada
tanda tanda malnutrisi
d.
Menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
|
NIC :
Nutrition Management
a. Kaji kemampuan bayi untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
b. Kaji pola minum bayi dan kebutuhan
–kebutuhan nutrisi
c. Timbang
berat badan setiap hari
d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
e. Bersihkan
mulut bayi setelah pemberian nutrisi
f. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
g. Ajarkan
pada orang tua tentang tehnik –tehnik pemberian Asi/ Pasi yang efektif
h. Kolaborasi
dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu.
|
3
|
Kecemasan keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan bayi,
kurang pengetahuan.
|
NOC :
Kontrol
kecemasanriteria hasil:
1.
Koping efektif
2.
Menunjukkan
kemampuan untuk memberikan perawatan yang aman
3.
Menunjukkan
pemahaman dasar proses penyakit dan kebutuhan pengobatan.
4.
Ekspresi rileks
|
NIC :
a.
Kaji kecemasan orang tua
b.
Berikan penjelasan mengenai keadaan bayi pada orang
tuanya
|
4
|
Risiko
ketidakseimbangan temperatur tubuh berhubungan dengan BBLR, usia kehamilan
kurang, paparan lingkungan dingin/panas
|
NOC :
a. Hydration
b. Adherence Behavior
c. Immune Status
d. Infection status
e. Risk control
f.
Risk detection
Kriteria hasil:
a.
Suhu dalam batas normal
b.
Akral hangat
|
NIC :
Temperature Regulation (pengaturan suhu)
a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b. Monitor TD, nadi, dan RR
c. Monitor warna dan suhu kulit
d. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
e. Kurangi
dan hindarkan sumber – sumber kehilangan panas pada bay
f. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
g. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
h. Kolaborasikan
pemberian anti piretik jika perlu
|
5
|
Risiko infeksi berhubungan
dengan imaturitas
fungsi imunologik
|
NOC :
Bayi
tidak terinfeksi Kriteria Hasil :
a.
Suhu
tubuh dalam rentang normal
b.
Darah
rutin normal
|
NIC :
a.
Monitor tanda-tanda vital
b.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
c.
Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila
melakukan prosedur invasif
d.
Lakukan perawatan tali pusat
e.
Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi
kalau perlu rawat dalam inkubator
f.
Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
g.
Kolaborasi pemberian antibiotika
|
6.
|
Risiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubin, foto therapy
|
NOC:
Integritas
kulit baik
Kriteria
Hasil :
a.
Tidak ada rash
b.
Tidak ada iritasi
c.
Tidak plebitis
|
NIC:
a.
Monitor warna dan keadaan kulit setiap 4 – 8 jam
b.
Monitor suhu dalam incubator
c.
Monitor kadaan bilirubin direks dan indireks
d.
Ubah posisi
miring atau tengkurap
e.
Perubahan posisi setiap 2 jam berbarengan dengan
perubahan posisi,
f.
Jaga kebersihan dan kelembaban kulit
|
PENYIMPANGAN KDM

DAFTAR PUSTAKA
A.H
Markum. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Betz,
L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Gaffar,
Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Garna,
Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke
dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Ngastiyah.
1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Supartini,
Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.:
Man Titanium - TITanium Art Studio
BalasHapusMan's Titanium titanium jewelry piercing has been designed to improve the performance of T-1000 mobile phone harbor freight titanium welder based Bluetooth speakers. A large and versatile aftershokz trekz titanium speaker everquest: titanium edition is required to $3.00 · polished titanium In stock